Selasa, 24 November 2009

SYARAH AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH



SYARAH AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH


Bismillaahirrahmaanirrahiim

1. PENGERTIAN AHLUS SUNNAH WALJAMA’AH.

Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang menempuh pola hidup seperti yang pernah ditempuh oleh Rasulullah S.A.W, mereka kuat untuk memegang dan iktiba (mengikuti) Sunnah Nabi dan para Sahabatnya, dengan menghindari segala perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.

Orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah S.A.W dapat dikatakan sebagai ath-Thaaifatul Mansyuurah ( golongan yang mendapatkan pertolongan Allah) atau al-Firqatun Naajiyah ( golongan yang selamat) atau Ghurabaa ( umat terasing)

Sabda Rasulullah S.A.W
Senantiasa ada segolongan dari umatku yang selalu menegakan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka dan orang yang menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.(Al-Baa’its Alaa inkaaril bida; wal hawadits hal 91-92)

Sabda Rasulullah S.A.W
Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagai mana awalnya, maka beruntunglah bagi orang-orang asing tersebut (HR.Muslim dari sahabat Abu Huraira)

Abdullah bin Amr bin Ash berkata bahwa Rasul bersabda
Orang-orang yang shalih yang berada ditengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang mendurkai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka. (HR.Ahmad)

Rasulullah S.A.W bersabda
Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki umat ditengah-tengah rusaknya manusia. (HR.Abu Ja’far ath-Thahawi)

Istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada masa Rasulullah S.A.W yaitu masa Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in. mereka yang dihidup pada masa 3 generasi tersebutlah yang dikatakan generasi Shalaf (terdahulu).

Siapa saja yang mengikuti semua akhlak dan cara beragama, cara pemahaman Al-Qur’an dan hadist seperti yang telah dilakukan oleh ketiga generasi tersebut, maka mereka termasuk kedalam pengikut shalaf atau shalafi atau Ahlus Sunnah, namun siapa saja yang mengaku shalafi atau pengikut shalaf tetapi mereka tidak berperilaku seperti yang dicontohkan oleh ketiga generasi tersebut maka mereka bukanlah shalafi atau Ahlus Sunnah.

2. KAIDAH DAN PRINSIP AHLU SUNNAH WALJAMA’AH DALAM MENGAMBIL DAN MENGGUNAKAN DALIL

a. Sumber Aqidah adalah Kitabullah, dan Sunnah Rasulullah S.A.W yang shahih dan ijma Shalafus shaleh

b. Setiap sunnah yang shahih, yang berasal dari Rasulullah S.A.W wajib diterima, walaupun sifatnya ahad.

Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 7
“…..dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia. Dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkan…”.

c. Yang menjadi rujukan dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah nash-nash (teks Al-Qur’an dan hadist) yang menjelaskannya, pemahaman shalafush shalih dan para imam yang mengikuti jejak mereka, serta dilihat arti yang benar dari bahasa arab. Jika hal tersebut sudah benar, maka tidak dipertentangkan lagi dengan hal-hal yang sifatnya berupa kemungkinan menurut bahasa.

d. Prinsip-prinsip utama dalam agama ( Ushuluddin ), semua telah dijelaskan oleh Nabi . Siapapun tidak berhak untuk mengadakan sesuatu yang baru, yang tidak ada contoh sebelumnya, apalagi sampai mengatakan hal tersebut bagian dari agama. Allah telah menyempurnakan agama-Nya, wahyu telah terputus dan kenabian telah ditutup, sebagaimana firman Allah

Alquran Surat Al-Maidah ayat 3
“ Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu”

Sabda Rasulullah S.A.W
Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka amalannya tertolak ( HR.Bukhari dan Muslim )

e. Berserah diri (taslim), patuh dan taat hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, secara lahir dan bathin. Tidak menolak sesuatu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, (baik menolak) dengan qiyas (analog), perasaan, Kasyf (iluminasi atau penyingkapan tabir rahasia sesuatau yang ghaib), ucapan seseorang syaikh, ataupun pendapat imam-imam lainya.

f. Dalil ‘aqli ( akal ) yang benar akan sesuai dengan dalil naqli (shahih), sesuatu yang qath’i (pasti) dari kedua dalil tersebut, tidak akan bertentangan selamanya. Apabila sepertinya ada pertentangan diatara keduanya, maka dalil naqli lebih diutamakan.

g. Bertengkar dalam masalah agama itu tercela,akan tetapi mujadalah (berbantahan) dengan cara yang baik itu masyru’ah (disyariatkan). Dalam hal yang jelas (ada dalil dan keterangannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah) dilaarang berlarut-larut dalam pembicaraan panjang tentangnya, maka wajib mengikuti ketetapan dan menjauhi larangannya. Dan wajib menjauhkan diri untuk tidak berlarut-larut dalam pembicaraan yang memang tidak ada ilmu bagi seorang muslim tentangnya ( misal tentang sifat Allah, Qadha dan Qadhar, Ruh dan sebagainya ).

h. Kaum muslimin wajib senantiasa mengikuti manhaj (metode) Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menolak sesuatu, dalam hal aqidah dan dalam menjelaskan suatu masalah. Oleh karena itu, suatu bid’ah tidak boleh dibantah dengan bid’ah, kekurangan tidak boleh dibantah dengan berlebih-lebihan atau sebaliknya.

i. Setiap perkara yang baru dalam agama yang tidak ada sebelumnya adalah bid’ah, setiap bid’ah sesat dan setiap kesesatan berada dalam neraka.

3. KARAKTERISTIK AHLUS SUNNAH WALJAMA’AH

a. Keotentikan Sumbernya

ini dikarenakan aqidah Ahlus Sunnah semata-mata hanya bersandarkan kepada Al-Qur’an, hadist dan ijma’ ulama salaf dan penjelasan dari mereka. Ciriciri ini tidak terdapat dalam aliran mutakallimin (pengagung ilmu kalam), ahli bid’ah, dan kaum shufi yang selalu bersandar pada akal pikiran. Mereka menjadikan semua sebagai patokan dalam maslah yang ghaib.

b. Berpegang teguh pada prinsip berserah diri kepada Allah dan kepada rasul-Nya.

Aqidah adalah masalah yang ghaib, dan hal yang ghaib itu hanya tegak dan bersandar kepada kepasrahan (taslim) serta keyakinan sepenuhnya (mutlak) kepada Allah (dan Rasul-Nya). Maksudnya, hal tersebut adalah diberitakan Allah dan Rasul-Nya (wajib diterima dan diyakini sepenuhnya). Taslim merupakan ciri dan sifat kaum beriman yang karenanya mereka dipuji oleh Allah.

Surat Al-Baqarah ayat 2-3
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka”

Perkara yang ghaib itu tidak dapat dijangkau oleh akal, oleh karena itu Ahlus Sunnah membatasi diri dalam aqidah kecuali kepada berita dan wahyu yang datang dan sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya

c. Sejalan dengan fitrah yang suci dan akal yang sehat

hal itu karena Ahlus Sunnah berdiri diatas prinsip ittiba (mengikuti), iqtida’ (meneladani) dan berpedoman kepada petunjuk Allah, bimbingan Rasilullah dan generasi salaf.aqidah alussunnah bersumber dari fitrah yang suci dan akal yang sehat serta pedoman yang lurus. Sementara keyakinan lain aqidahnya berdasarkan hayalan dan dugaan yang membutakan fitrah dan membingungkan akal belaka.

d. Mata rantai sanadnya sampai kepada Rasulullah S.A.W, para sahabatnya, para Tabi’in. serta para Imam yang mendapatkan petunjuk.

Semua prinsip yang dipegang oleh Ahlus Sunnah mempunyai dasar atau sanad atas contoh dari para sahabat dan salaf. Sementara aqidah golongan lain merupakan hal yang baru dan tidak mempunyai sandaran Al-Qur’an dan sunnah.

e. Jelas dan Gamblang

Aqidah Ahlus Sunnah mempunyai ciri yang khas dan gamblang, bebas dari kontradiksi dan ketidakjelasan, jauh dari filsafat serta kerumitan kata dan maknanya. Karena aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari firman yang sangat jelas yang tidak datang kepadanya kebathilan baik dari belakang maupun depan. Bersumber dari sabda Rasulullah S.A.W yang beliau tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya.

f. Bebas dari kerancuan, kontradiksi, dan kesamaran

Aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari wahyu, kekuatan hubungan para penganutnya dengan Allah, realisasi ubudiyyah (penghambaan) hanya kepada-Nya semata, penuh tawakal kepada-Nya, kekokohan keyakinan mereka terhadap al-Haqq (kebenaran) yang dimiliki. Orang yang meyakini dan memahami aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah dengan benar maka tidak ada kebingungan dan tidak ada keraguan dan Inya Allah akan jauh dari syubhat dalam beragama

g. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan faktor utama bagi kemenangan dan kebahagian abadi di dunia dan akhirat.

Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah merupakan faktor utama bagi terealisasikan kesuksesan, kemenangan dan keteguhan bagi siapa saja yang menganutnya dan menyerukan kepada ummat manusia dengan penuh ketulusan, kesungguhan dan kesabaran

Sabda Rasulullah S.A.W
Akan tetap ada satu golongan dari umatku yang berdiri tegak di atas al-haqq (kebenaran), tidak akan membahayakan bagi mereka orang-orang yang tidak menghiraukan mereka hingga datang perintah Allah dan mereka tetap seperti itu. (HR.Muslim, HR at-Tirmidzi)

h. Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah adalah aqidah yang dapat memeprsatukan umat

Aqidah Ahlus Sunnah merupakan jalan yang paling baik untuk menyatukan kekuatan umat muslim, kesatuan barisan, dan mereka memperbaiki apa-apa yang rusak dari urusan agama dan dunia. Hal ini dikarenakan aqidah Ahlus Sunnah mampu mengembalikan mereka kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasul, serta jalannya para Sahabat.

i. Utuh, kokoh dan tetap langgeng sepanjang masa

Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah adalah utuh dan sama dalam masalah prinsip sepanjang masa dan akan tetap seperti itu hingga hari kiamat kelak. Artinya aqidah Ahlus Sunnah selalu sama, utuh, terpelihara baik secara riwayat maupun keilmuannya, kata-kata maupun maknanya. Ia diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya tanpa mengalami perubahan , pencampuradukan, kerancuan dan tidak mengalami penambahan atau pengurangan.

j. Allah menjamin kehidupan yang mulia bagi orang yang menetapi aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah.

Apabila berada dalam naungan Ahlus Sunnah akan mendatangkan rasa aman dan kehidupan yang mulia. Hal ini karena aqidah Ahlus Sunnah senantiasa menjaga keimanan kepada Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi dengan benar. Orang yang beriman dan bertauhid akan mendapatkan rasa aman, kebaikan, kebahagian dunia dan akhirat.

Allah berfirman dalam surat Al-An’aam ayat 82.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”


Sumber Ringkasan : Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Asy-Syafi’i : 2008


Demikianlah penjelasan mengenai aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah semoga dapat bermanfaat oleh pembaca baik dunia maupun akhirat. Insya Allah.

Penulis memohon maaf kepada penulis dan penerbit buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sekiranya mengkopi dan meringkas kembali serta menyebarluaskannya. Karena tidak ada maksud tertentu kecuali hanya sebagai kewajiban dalam menyampaikan dan mengharap Ridho Allah S.W.T.



Wassalam


Ali Wardani, Se


Tidak ada komentar:

Posting Komentar